Pemerintah mengakui besaran subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) dalam setahun sudah tidak masuk akal. Jika tidak dikendalikan melalui penyesuaian harga, maka subsidi BBM ini bisa mencapai Rp 251,6 triliun atau setara dengan anggaran untuk membangun 16 sistem Mass Rapid Transit (MRT).
Demikian ditulis Tim Sosialisasi Penyesuaian Subsidi BBM melalui Buku bertajuk "Bersama-sama Selamatkan Uang Rakyat" yang dikutipdetikFinance, Minggu (23/6/2013).
"Jika pada 2009, subsidi BBM Rp 52,4 triliun, tahun ini anggarannya mencapai Rp 193,8 triliun. Bahkan, jika kita tidak sama-sama bertindak, jumlah subsidi selama 2013 bisa melonjak luar biasa sampai Rp 251,6 triliun. Ini kurang lebih cukup untuk membangun 16 sistem MRT seperti yang akan dibangun di Jakarta pada tahun ini," tulisnya.
Jumlah tersebut, juga setara dengan anggaran untuk membangun 10 ribu kilometer rel kereta, 50 km jalan, 5 ribu km jalan tol, dan sebagainya.
"Sebagai gambaran saja, dengan dana sebesar itu, kurang lebih kita dapat membangun jalan tol menjalari seluruh Pulau Sumatera dari Aceh sampai Lampung," jelas Tim Sosialisasi.
Dalam buku tersebut juga tertulis, kenaikan harga BBM bersubsidi bukan hanya untuk memperbaiki struktur anggaran sehingga tidak dihabiskan untuk subsidi BBM, tetapi juga untuk memperbaiki neraca perdagangan.
"Pemerintah menyadari, menaikkan harga BBM adalah kebijakan tidak populer. Namun, rakyat akan melihat manfaatnya yang lebih terasa di jangka panjang. Ekonomi kita akan lebih sehat karena defisit anggaran maupun defisit neraca perdagangan berkurang," tulisnya.
Pemerintah juga mengklaim pemerintah pemenang Pemilu 2014 dapat menikmati manfaat jangka panjang dari kebijakan kenaikan harga tersebut.
"Mereka (pemenang Pemilu 2014) lebih leluasa mengendalikan pemerintahan karena eknomi kita lebih kuat. Tentu, yang penting buat kita semua adalah bukan partai mana yang menerima manfaat. Yang lebih penting adalah ekonomi lebih sehat dan kuat, rakyat sejahtera," tutupnya.
Posting Komentar